DOA
Kepada
pemeluk teguh
Tuhanku
Dalam
termangu
Aku masih
menyebut namamu
Biar susah
sungguh
mengingat
Kau penuh seluruh
cayaMu panas
suci
tinggal
kerdip lilin di kelam sunyi
aku hilang
bentuk
remuk
Tuhanku
aku
mengembara di negeri asing
Tuhanku
di pintuMu
aku mengetuk
aku tidak
bisa berpaling
-13 November
1943-
AKU
Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
-MARET 1943-
CINTAKU JAUH
DI PULAU
Cintaku jauh
di pulau,
gadis manis,
sekarang iseng sendiri
Perahu
melancar, bulan memancar,
di leher
kukalungkan ole-ole buat si pacar.
angin
membantu, laut terang, tapi terasa
aku tidak 'kan
sampai padanya.
Di air yang
tenang, di angin mendayu,
di perasaan
penghabisan segala melaju
Ajal
bertakhta, sambil berkata:
"Tujukan
perahu ke pangkuanku saja,"
Amboi! Jalan
sudah bertahun ku tempuh!
Perahu yang
bersama 'kan merapuh!
Mengapa Ajal
memanggil dulu
Sebelum
sempat berpeluk dengan cintaku?!
Manisku jauh
di pulau,
kalau 'ku
mati, dia mati iseng sendiri.
-1946-
KRAWANG-BEKASI
Kami yang
kini terbaring antara Krawang-Bekasi
tidak bisa
teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi.
Tapi
siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang
kami maju dan mendegap hati ?
Kami bicara
padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada
rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati
muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang,
kenanglah kami.
Kami sudah
coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum
selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa
Kami cuma
tulang-tulang berserakan
Tapi adalah
kepunyaanmu
Kaulah lagi
yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Atau jiwa
kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
atau tidak
untuk apa-apa,
Kami tidak
tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah
sekarang yang berkata
Kami bicara
padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada
rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang,
kenanglah kami
Teruskan,
teruskan jiwa kami
Menjaga Bung
Karno
menjaga Bung
Hatta
menjaga Bung
Sjahrir
Kami
sekarang mayat
Berikan kami
arti
Berjagalah
terus di garis batas pernyataan dan impian
Kenang,
kenanglah kami
yang tinggal
tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami
terbaring antara Krawang-Bekasi
-1948-
Brawidjaja,
Jilid 7, No
16,
1957
PERSETUJUAN
DENGAN BUNG KARNO
Ayo ! Bung
Karno kasi tangan mari kita bikin janji
Aku sudah
cukup lama dengan bicaramu
dipanggang
diatas apimu, digarami lautmu
Dari mulai
tgl. 17 Agustus 1945
Aku
melangkah ke depan berada rapat di sisimu
Aku sekarang
api aku sekarang laut
Bung Karno !
Kau dan aku satu zat satu urat
Di zatmu di
zatku kapal-kapal kita berlayar
Di uratmu di
uratku kapal-kapal kita bertolak & berlabuh
-1948-
Liberty,
Jilid 7, No
297,
1954
PRAJURIT
JAGA MALAM
Waktu jalan.
Aku tidak tahu apa nasib waktu ?
Pemuda-pemuda
yang lincah yang tua-tua keras,
bermata
tajam
Mimpinya
kemerdekaan bintang-bintangnya
kepastian
ada di
sisiku selama menjaga daerah mati ini
Aku suka
pada mereka yang berani hidup
Aku suka
pada mereka yang masuk menemu malam
Malam yang
berwangi mimpi, terlucut debu......
Waktu jalan.
Aku tidak tahu apa nasib waktu !
-1948-
Siasat,
Th III, No.
96
1949
YANG
TERAMPAS DAN YANG PUTUS
Kelam dan
angin lalu mempesiang diriku,
menggigir
juga ruang di mana dia yang kuingin,
malam tambah
merasuk, rimba jadi semati tugu
di Karet, di
Karet (daerahku y.a.d) sampai juga deru dingin
aku berbenah
dalam kamar, dalam diriku jika kau datang
dan aku bisa
lagi lepaskan kisah baru padamu;
tapi kini
hanya tangan yang bergerak lantang
tubuhku diam
dan sendiri, cerita dan peristiwa berlalu beku
-1949-
0 komentar on "KUMPULAN PUISI CHAIRIL ANWAR"
Posting Komentar